-
posted by Anindya Dec 17th, 2009
Pekan lalu saya berkesempatan mengunjungi daerah korban gempa di Sumatera Barat. Kali ini saya datang ke sana untuk menyalurkan program bantuan ANTV Peduli, sekaligus melakukan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Asra di Kota Padang dan gedung Sekolah Dasar Negeri 03 di Batang Anai Padang Pariaman.
Pembangunan ini menandai fase baru di Sumatera Barat, setelah masa tanggap darurat selesai. Kami memang berkomitmen untuk tidak sekadar menyalurkan bantuan selama masa tanggap darurat saja, namun juga saat masa pemulihan dan rekonstruksi dimulai.
ANTV Peduli bersama Bakrie Untuk Negeri (BUN) berhasil menghimpun dana sebesar Rp 4,9 miliar, yang diperoleh dari masyarakat (pemirsa ANTV) maupun donasi dari pengguna handphone Esia Slank, Bakrie & Brothers, Bakrie Sumatra Plantations, Energi Mega Persada, Bakrie Untuk Negeri, dan keluarga besar Bakrie. Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada para donatur atas kepercayaannya menyalurkan bantuan lewat program ini.
Sebagian dari rekan blogger tentu masih ingat, tak lama setelah gempa Sumatera Barat terjadi, saya sempat meminta masukan, kira-kira bantuan apa yang semestinya kami tekuni untuk tahap pemulihan ini. Namun, tentunya usulan tersebut musti dicocokkan dan disinergikan dengan program pemerintah daerah yang lebih mengerti kebutuhan real masyarakatnya di lapangan.
Dari hasil koordinasi dengan pemerintah daerah setempat, masyarakat Sumatera Barat lebih membutuhkan pembangunan kembali gedung-gedung fasilitas sosial/ fasilitas umum.
Seperti diketahui, gempa 7,9 SR di Sumatera Barat yang sering disebut sebagai G30S, karena gempa itu terjadi pada 30 September 2009, menyebabkan sekitar 119.005 bangunan warga rubuh, 2.114 unit fasilitas pendidikan hancur, 246 perkantoran pemerintah juga luluh lantak.
Setelah melakukan survei, akhirnya kami memutuskan membangun kembali dua fasilitas umum, yakni sebuah masjid dan sebuah gedung sekolah, di lokasi yang benar-benar membutuhkan.
Masjid Asra, di Desa Olo Ladang, Kecamatan Olo, Padang Barat, Sumatera Barat, adalah desa yang tergolong ‘minus’. Masjid tersebut berada di tengah-tengah pemukiman nelayan dengan sosio-ekonomi rendah.
Walaupun begitu, kami berusaha membangun Masjid ini dengan kualitas yang terbaik. Model arsitektur Masjid Asra kami bangun mirip dengan Masjid Al Bakrie yang berdiri di Taman Rasuna Kuningan Jakarta Selatan. Bangunan Masjid juga dibuat dengan struktur tahan gempa, yang secara teoritis bisa bertahan hingga gempa berkuatan 9 SR.
Begitu pula dengan bangunan SDN 03 di Batang Anai Padang Pariaman. Gedung bangunan yang terdiri dari beberapa lokal bangunan meliputi laboraturium, mushola, enam ruang kelas, rumah peristirahatan guru, dan perpustakaan, itu juga dibuat dengan struktur tahan gempa.
Bahkan, tak hanya pembangunan fisik, program kami juga menyertakan bantuan pendampingan untuk meningkatkan manajemen sekolah, sistem dan kualitas pengajaran (pendampingan terhadap pengajar), serta teknologi informasi (berbasis internet).
Ini didasari pemikiran, bahwa tulang punggung masa depan bangsa, ada di pundak anak-anak kita. Oleh karenanya, anak-anak di Sumatera Barat sangat memerlukan pendidikan yang baik, supaya mereka bisa bangkit, bahkan ke depan bisa bersaing di tingkat global.
Mungkin, bantuan dari berbagai pihak yang kami salurkan, memang tidak seberapa bila dibandingkan dengan skala kerusakan akibat gempa. Setidaknya ini merupakan salah satu wujud peran serta kami meringankan beban kerugian yang tak mungkin diatasi oleh anggaran pemerintah setempat.
Dan sedikit upaya dari kami ini, tentu juga tak bisa sepenuhnya menghapus kesedihan dan rasa kehilangan warga Sumatera Barat akibat gempa, karena selama ini kami hanya mampu mengikutinya dari televisi dan tidak merasakan secara langsung musibah ini.
Setidaknya, merupakan kehormatan dan kebahagiaan tersendiri bila kami bisa turut mendampingi warga Sumatera Barat di saat mereka bangkit dari keterpurukan, sebagaimana optimisme yang diungkapkan oleh Walikota Padang Fauzi Bahar saat hadir pada acara peletakan batu pertama Masjid Asra.
Pak Fauzi mengutip Al-Quran Surat Al Insyirah ayat 5 dan 6 yang kurang lebih mengatakan bahwa di balik ‘Kesulitan’ pasti ada ‘Kemudahan’. Kesulitan ( Al-‘Usri) didahului huruf Alif yang bermakna satu. Sementara ‘Kemudahan’ (Yusraa), tidak didahului huruf Alif, sehingga bermakna tak terhingga.
Menurut Pak Fauzi Bahar, ini menandakan bahwa Allah SWT menyediakan kenikmatan yang jumlahnya tak terhingga di balik sebuah musibah. Inilah, hikmah yang lebih besar di belakang sebuah musibah. Dengan optimisme ini, tidak mustahil bila Sumatera Barat akan bisa lebih cepat bangkit dari keterpurukannya.
6 Responses to “Secercah Optimisme dari Sumatera Barat”
Leave a Reply
INSTAGRAM
TWITTER
FACEBOOK
like this…..
pembangunan dengan visi ke depan, so good…
mungkin masukan aja pak…
untuk pembangunannya mungkin tidak terlalu terfokus kepada infrastruktur yang tahan gempa (bukan bermaksud membahayakan penggunanya), tapi mungkin dananya dapat digunakan untuk pembangunan sekolah lainnya sehingga bisa menjangkau lebih banyak dan meningkatkan kualitas pengajar di sekolah lain, dan mungkin bisa ditambah kepada pengembangan keahlian penduduk di kampung-kampung terpencil sehingga mereka bisa lebih mandiri.
terima kasih…
Bagus inputnya. Sama seperti komputer, “software” sama/lebih penting dari “hardware’.
iya pak…. saya setuju…. terkadang yang dibutuhkan itu software yang bagus…. dan mungkin beberapa modifikasi kecil yang bisa memaintain berjalannya software tersebut…
satu dan penuh itu bagus… tapi lebih bagus dua dan penuh…. hehehe…
AYo bangkit! kita bangun kembali Sumatera Barat lebih baik lagi… Semoga Allah meridhoi setiap langkah dan niat baik kita
Saya sangat setuju dengan apa yang ditempuh oleh Pak Anindya. Untuk membangun sebuah peradaban baru, dulu Rasulullah juga pertama kali membangun Masjid. Mestinya Masjid Asra tak hanya menjadi tempat ibadah, namun nantinya juga menjadi pusat strategi membangun kembali daerah sekitarnya.
saya salut dengan respon ANTV Peduli dan BUN dalam membantu Sumatera Barat…semoga kegiatan-kegiatan seperti ini dapat juga diteruskan dan diterapkan di daerah lain di Indonesia yang juga membutuhkan.