-
posted by Anindya Feb 20th, 2011
Pertengahan bulan Januari lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan kenegaraan ke India. Saya beruntung bisa ikut dalam rombongan presiden itu. Kunjungan kenegaraan ke India pada tanggal 24 sampai 26 Januari 2011 ini dalam rangka memenuhi undangan Presiden India untuk bertindak sebagai Tamu Utama (Chief Guest) dalam acara Hari Republik (Republic Day) India, 26 Januari 2011.
Sekedar diketahui, di India ada dua hari nasional, yaitu Hari Kemerdekaan dan Hari Republik. Hari kemerdekaan berkaitan dengan momen bangsa India meraih kemerdekaan dari Inggris pada 1947, namun kepala negara masih dipegang oleh Ratu Inggris. Sedangkan Hari Republik untuk memperingati momen di tahun 1950, di mana India mengesahkan konstitusi baru dan India pun menjadi republik. Mulai saat itu pemimpin negara secara sepenuhnya dipegang oleh warga India.
Diundangnya Presiden RI menjadi tamu utama merupakan pengulangan sejarah. Sebab, pada perayaan Hari Republik yang pertama kali di tahun 1950, Presiden Pertama RI Soekarno juga hadir. Di era 50 dan 60-an, Indonesia yang dipimpin Soekarno dan India yang dipimpin Nehru, memang punya hubungan yang sangat erat. Kedua negara saling mendukung dalam perjuangan kemerdekaan masing-masing.
Keduanya juga punya visi politik yang sama. Pada 1955, keduanya berkolaborasi menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung, menjadi advokat utama untuk Gerakan Non-Blok, dan mengarahkan negara mereka masing-masing di antara kepungan kekuatan kapitalisme dan komunisme. Hubungan diplomatik kedua negara sendiri secara resmi dimulai sejak tanggal 3 Maret 1951.
Bahkan kalau menengok sejarah lebih jauh, hubungan Indonesia-India ini sudah dimulai sejak jaman dahulu kala. Sejak ribuan tahun lalu, pelaut kedua bangsa sudah saling berlayar dan berkunjung. Pertukaran sosial-budaya pun terjadi. Lihat saja pengaruh budaya India seperti cerita Ramayana dan Mahabharata yang mewarnai cerita wayang kita, juga musik India yang mempengaruhi musik Melayu dan lalu menjadi musik dangdut, dan banyak lagi contoh lainnya.
Menengok hal tersebut di atas, tak heran jika chemistry kedua bangsa ini begitu kuat. Dua negara ini juga banyak persamaan, yaitu sama-sama menjadi negara demokrasi dengan penduduk besar dan plural. Karena banyak yang sama, dan punya hubungan baik, keduanya seperti saudara. Saya merasakan sendiri hal itu saat melihat parade Hari Republik.
Suasananya meriah dan penuh nuansa Indonesia. Bendera Merah Putih menghiasi di mana-mana dan ada pasukan berkuda yang lengkap dengan atribut merah-putih di sana. Nuansa Indonesia sangat kental saya rasakan.
Kunjungan Presiden SBY ke India di Hari Republik itu, dimanfaatkan bukan hanya untuk merawat hubungan baik kedua negara, namun juga untuk mengembangkan hubungan dan kerjasama di berbagai bidang. Di sana presiden juga menghadiri acara forum bisnis India-Indonesia di Durbar Hall, Hotel Taj Palace. Pertemuan bisnis ini dihadiri sekitar 500 undangan yang terdiri dari anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, delegasi India yang berasal dari ASSOCHAM, CII (Confederation of Indian Industry), dan FICCI (Federation of Indian Chambers on Commerce and Industry).
Presiden mengungkapkan potensi dan prospek hubungan Indonesia-India, sejak diluncurkannya kemitraan strategis pada tahun 2005, begitu besar. Selain itu, sebagai sesama anggota G20, India dan Indonesia adalah negara dengan ekonomi yang kuat di Asia. Presiden menyebutkan GDP India sebesar USD1,8 triliun dan GDP Indonesia USD700 miliar. Maka gabungan GDP kedua negara mencapai USD2,5 triliun. Selain itu, dengan jumlah penduduk yang besar, dua negara juga termasuk dalam pasar yang paling menjanjikan di dunia.
Hubungan sebagai mitra ekonomi kedua negara juga terus tumbuh kuat lima tahun terakhir. Dari USD4 miliar di tahun 2005, menjadi USD12 miliar di tahun 2010. Presiden SBY pun mentargetkan lima tahun kedepan bisa meraih jumlah dua kali lebih besar menjadi USD 25 miliar. Presiden juga melihat kerjasama investasi kedua negara meningkat setiap tahunnya. Realisasi investasi India di Indonesia telah berkembang dari USD11,6 juta di tahun 2007, menjadi USD44 juta di tahun 2010.
Dalam kunjungan ke India Presiden SBY juga melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri India Manmohan Singh dan bersama-sama menyaksikan penandatangan 11 nota kesepahaman bilateral kedua negara di Mughal Room, Hyderabad House.
Kesebelas nota kesepahaman yang ditandatangani saat itu adalah:
1. Perjanjian Ekstradisi
2. Perjanjian tentang Reksa Bantuan Hukum pada Persoalan Kriminal
3. Nota Kesepahaman antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dan Kementerian Petroleum dan Gas Alam Republik India dalam Bidang Kerjasama Ladang Minyak dan Gas
4. Nota Kesepahaman antara kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia dan Kementerian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Republik India tentang Kerjasama dalam Bidang usaha Mikro, Kecil dan Menengah
5. Perjanjian Pelayanan Udara antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik India
6. Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik India di Bidang Kerjasama Sains dan Teknologi
7. Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republlik Indonesia dan Kementerian Perdagangan dan Industri Republik India dalam Pembangunan Biennial Trade Minister’s Forum
8. Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Republik India tentang Kerjasama Pendidikan
9. Nota Kesepahaman antara Dewan Pers Indonesia dan Dewan Pers India
10. Nota Kesepahaman antara Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dan Kementerian Kimia dan Pupuk Republik India untuk Kerjasama dalam Bidang Industri Manufaktur Pupuk Urea
11. Nota Kesepahaman antara Kementerian kelautan dan Perikanan Republik Indinesia dan Kementerian Pertanian republik India tentang Kerjasama Kelautan dan Perikanan.
Bagi saya, dan rakyat Indonesia lainnya, yang penting bukanlah MoU-MoU itu, tapi bagaimana pelaksanaan atau realisasinya. Namun jika kita menyimak MoU tersebut, saya optimis sebagian besar akan terlaksana dengan baik dan akan jadi langkah maju bagi kedua negara. Hubungan Indonesia dan India selama ini sebenarnya bukan hanya menyangkut hubungan antar pemerintah atau G to G saja. Tetapi juga telah terjalin baik hubungan antar perusahaan kedua negara.
Saya sebagai pengusaha Indonesia selama ini juga telah banyak berhubungan dan bekerja sama baik dengan pengusaha India. Bahkan di Group Bakrie, ada perusahaan India yang memegang saham besar. Misalnya Tata Group yang memegang saham besar di KPC dan Arutmin. Tata Group ini adalah group besar di India dan terkenal memproduksi mobil yang bernama Nano, sebuah mobil murah seharga USD3.000.
Saat kunjungan di India, sempat ada diskusi di rombongan kami, bagaimana kalau Nano masuk ke Indonesia. Namun sepertinya akan ada persoalan, sebab dengan harga mobil yang mahal saja, mobil sudah memacetkan jalanan di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta, apalagi jika mobil murah masuk dan lebih banyak orang yang bisa beli. Kalau pun mobil murah akan masuk, maka infrastruktur jalan dan sebagainya harus mendukung dulu untuk hal itu.
Inilah beberapa hal yang bisa saya bagi kepada pembaca mengenai perjalanan saya mengikuti kunjungan Presiden SBY ke India. Semoga ini membuka wawasan kita bersama akan makna lebih luas dari hubungan baik ke dua negara. Fakta dan data menunjukkan bahwa hubungan baik dan menguntungkan kedua negara ini terus berkembang ke arah yang lebih baik. Karena itu, sebagaimana yang diungkapkan Presiden, saya juga yakin bahwa hubungan Indonesia dan India memiliki masa depan yang cerah.
Leave a Reply
INSTAGRAM
TWITTER
FACEBOOK