-
posted by Anindya Nov 4th, 2011
Saya baru saja melakukan perjalanan ke ujung Timur wilayah Indonesia. Saya ke sana pada 30-31 Oktober, bersama Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Pak Suryo B. Sulisto, dan rombongan Kadin Safari Trip lainnya. Empat provinsi yang kami datangi dalam perjalanan selama dua hari tersebut, yaitu; Papua, Papua Barat, Maluku Utara, dan Maluku.
Bagi kami, perjalanan panjang ke kawasan Indonesia Timur ini sangat penting. Kita bersama mengetahui, selama ini kawasan Indonesia Timur relatif belum maju dibandingkan dengan kawasan lainnya, padahal kawasan ini sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk maju. Karena itu, Kadin ingin melihat sesungguhnya apa permasalahan yang dihadapi kawasan ini dan coba mencari jalan keluarnya.
Saat di Jayapura kami mendengar pemaparan yang menarik dari Gubernur Papua Barnabas Suebu. Pak Barnabas yang pernah menjabat ketua Kadin di provinsi ini mengatakan, potensi alam Papua memang besar dan selama ini belum termanfaatkan dengan baik.
Pak Barnabas mengatakan, selama ini infrastruktur yang masih minim dan high cost economy menghambat kemajuan Papua. Sebagai contoh misalnya saja semua bahan bangunan, seperti semen, rangka baja, dan lain-lain harus didatangkan dari Jawa. Bahkan barang-barang yang didatangkan dari China, harus lewat Jawa atau Surabaya dulu. Padahal sebenarnya kalau mau langsung ke Papua akan lebih murah tiga kali lipat ongkosnya. Inilah yang kemudian membuat ekonomi berbiaya tinggi atau high cost economy, dan terhambatnya pembangunan infrastruktur.
Saat di Manokwari, Papua Barat, saya juga mendengar bahwa di sini pasokan listrik berasal dari pembangkit listrik tenaga diesel. Padahal di Papua Barat, sangat banyak potensi alam untuk membuat pembangkit listrik yang lebih murah seperti PLTA, PLTU, dan lain sebagainya.
Selain itu, di kawasan Papua, banyak potensi alam baik untuk pertambangan, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan sebagainya yang belum termanfaatkan dengan baik. Ini karena masih minimnya investor yang masuk.
Hal yang sama juga terjadi di wilayah Timur lainnya seperti Maluku Utara, dan Maluku. Saat bertemu dengan Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu di Ambon, dan Kadin Maluku Utara di Ternate, diungkapkan bahwa potensi alam khususnya sektor perikanan kawasan ini tinggi sekali. Di Maluku misalnya, satu juta ton lebih ikan yang tak termanfaatkan dengan baik. Ini juga yang kemudian membuat maraknya illegal fishing negara tetangga karena ketidakmampuan kita memanfaatkan kekayaan ini.
Pak Gubernur juga mengungkapkan bahwa cadangan minyak di Maluku cukup besar. Bahkan nantinya bisa jadi cadangan minyak terbesar di Indonesia bahkan dunia. Juga banyak potensi-potensi lainnya, seperti pariwisata yang menunggu dikelola oleh para investor.
Sebenarnya upaya perbaikan dan pembangunan infrastruktur dan kemudahan investasi telah disiapkan pemerintah daerah setempat untuk mengundang investor masuk. Misalnya saja Papua sedang membangun pabrik semen dan bahan bangunan lainnya untuk memangkas ongkos pembangunan infrastruktur. Selain itu, baik di Papua maupun Maluku, kemudahan perijinan dan iklim investasi juga terus ditingkatkan. Jaminan keamanan pun telah diberikan.
Pembangunan infrastruktur dan iklim investasi sangat penting. Mengutip Ketua Umum Kadin Pak Suryo B.Sulisto, investor biasanya mau masuk jika infrastruktur di suatu daerah itu mendukung. Sementara di sisi lain, pembangunan infrastruktur juga membutuhkan bantuan para investor. Jadi yang perlu dilakukan adalah dua-duanya, mengundang investor dan membangun infrastruktur. Di sini peran pemerintah dan dunia usaha, saling terkait satu sama lain.
SDM dan Jiwa Wirausaha
Masalah infrastruktur dan investasi bukan satu-satunya hambatan kawasan Timur Indonesia. Ada masalah lain yang tak kalah penting yaitu pembangunan sumber daya manusia (SDM). Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Tenaga Kerja, Pendidikan dan Kesehatan James Riady yang juga ikut dalam rombongan terus menekankan masalah sumber daya manusia ini.
Kami sempat mengunjungi SD dan SMP di kawasan Sentani, Papua. Kebetulan guru-guru di sekolah ini dibantu dari Yayasan Pelita Harapan milik Pak James. Menurut guru-guru di sini, banyak anak SMP yang masih sulit membaca. Level pendidikannya jika dibandingkan dengan Jawa masih tertinggal dua level atau lebih.
Ini tentu menyedihkan dan perlu perbaikan. Anak Papua tidak tertinggal. Banyak anak Papua jadi juara olimpiade matematika dan fisika. Potensi mereka tinggi, tinggal perlu diasah dan dikembangkan.
Pengembangan SDM ini penting karena jika SDM terbangun dengan baik lewat pendidikan, maka nantinya mereka akan bisa mengelola potensi yang ada di daerahnya. Tanpa itu, mereka hanya akan menunggu orang luar yang membantu, dan tidak bisa mengelola sendiri kekayaan alam yang ada.
Sejalan dengan pembangunan SDM, penanaman jiwa wirausaha juga diperlukan. Sebab untuk memajukan ekonomi daerah ini diperlukan banyak orang yang berjiwa wirausaha yang mampu membaca peluang dan menggali potensi, menggerakkan roda perekonomian dan pada akhirnya akan membantu memakmurkan daerahnya.
Pendidikan yang tinggi saja tanpa jiwa kewirausahaan tidak akan mampu melakukan itu. Pak Gubernur Maluku sendiri mengungkapkan bahwa di Ambon, pendidikan sangat baik karena daerah ini satu-satunya yang mewajibkan pendidikan 12 tahun gratis. Namun kemudian, di sini juga sangat banyak pengangguran intelektual. Mereka tidak mampu mengolah potensi yang ada karena tidak adanya jiwa wirausaha.
Karena itu saya selalu menekankan perlunya pendidikan kewirausahaan untuk membentuk jiwa wirausaha. Saya gembira, Kadin provinsi telah menjalankan program ini. Misalnya saja Ketua Umum Kadinprov Papua Johanes Kabey mengatakan pihaknya terus melakukan pelatihan kewirausahaan dan mendorong ribuan anak muda untuk menjadi pengusaha.
Melalui Kadin Papua Bisnis Center, mereka melatih sekitar 3.000 anak muda usia 16 sampai 26 untuk menjadi wirausahawan yang jenis usahanya sesuai dengan potensi Papua. Hal yang sama juga dilakukan Kadin Maluku Utara, yang membuat UMKM Center dengan 2.000 anggota di Ternate.
Permodalan
Selain itu, sebagaimana masalah yang dihadapi pengusaha kecil dan menengah, masalah permodalan juga menjadi hambatan para pengusaha daerah ini. Banyak yang mengungkapkan sulitnya mendapatkan modal usaha dari pinjaman bank. Bahkan ada yang mengatakan, meski sudah ada jaminan bank masih enggan meminjami dengan alasan keputusan ada di kantor Jakarta, dan sebagainya.
Masalah ini telah lama saya dengar dan menjadi perhatian saya. Karena itu, kepada mereka saya sampaikan bocoran sedikit bahwa saya sedang menyiapkan solusinya melalui Palapa Fund. Nama Palapa sendiri dipakai karena terinspirasi Sumpah Palapa Gajah Mada untuk mempersatukan Nusantara.
Palapa Fund ini nantinya akan membantu daerah untuk persoalan modal kerja. Dengan Palapa Fund ini diharapkan pengusaha baru bisa mudah menerima kredit, dan pengusaha lama yang kreditnya berjalan baik juga tetap bisa menerima manfaat. Rencananya tahun ini Palapa Fund dipaparkan, dan tahun depan diharapkan sudah bisa jalan.
Dari kunjungan tersebut, akhirnya Kadin bisa memperoleh lebih banyak masukan mengenai kondisi kawasan Indonesia Timur. nantinya akan menjadi bahan penting untuk menentukan langkah kongkrit bersama pemerintah untuk membuat daerah tersebut menjadi lebih maju dan makmur.
Kami di Kadin selalu ingin membantu pengusaha di daerah untuk lebih berdaya dan maju. Yang pemain lokal kita dorong jadi pemain nasional, yang pemain nasional kita dorong jadi pemain internasional.
Pembangunan kawasan Timur Indonesia, khususnya Papua, penting. Kawasan ini bisa menjadi percontohan kawasan lainnya di Nusantara. Jika berhasil di kawasan ini, maka saya yakin akan berhasil pula di kawasan lainnya. Jika daerah makin makmur, maka negara juga akan makmur.
Leave a Reply
INSTAGRAM
TWITTER
FACEBOOK