-
posted by Anindya Feb 13th, 2012
Pada tahun 2045 nanti, jumlah penduduk dunia diperkirakan menembus angka 9 miliar orang. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, tentu jumlah makanan yang dibutuhkan juga akan besar. Dengan kata lain, meningkatnya populasi penduduk juga membuat kebutuhan pangan bertambah banyak.
Sementara itu, di sisi yang lain, produksi pangan dunia terus merosot dan memicu krisis pangan. Lahan-lahan pertanian mulai menyusut, baik beralih fungsi untuk industri, pemukiman, maupun karena faktor lain seperti bencana alam. Ini tentu bertolak belakang dengan kebutuhan pangan ke depan yang akan semakin tinggi karena meningkatnya populasi.
Maka, langkah strategis untuk mengantisipasi hal tersebut sangat diperlukan. Kita perlu membahas serius masalah ketahanan pangan agar terhindar dari krisis pangan yang mengancam.
Menyikapi hal itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menggelar seminar dan pameran mengenai ketahanan pangan ini. Acara yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) berlangsung pada 7 sampai 10 Februari lalu, bertajuk “Jakarta Food Security Summit”.
Acara dibuka oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, dan ditutup oleh Wakil Presiden RI, Boediono. Juga hadir dan menjadi pembicara para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, lembaga terkait, dan sebagainya. Juga ada pembicara internasional seperti Hiroyuki Konuma, Assistant Director General and Regional Representative of FAO for Asia and the Pacific, Roger Beachy, President Emeritus, Danforth Plant Science Centre and Former Director, National Institute of Food and Agriculture, US Department of Agriculture, dan lain-lain. Konferensi ketahanan pangan yang diadakan Kadin ini bertujuan meraih perhatian dan pengembangan agenda tindakan nasional dari berbagai pihak tentang ketahanan pangan melalui kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Saat pembukaan, musisi Legendaris Indonesia Iwan Fals juga hadir dan membawakan lagu tentang “Feed Indonesia, Feed the World” yang berjudul “Tak Kenal Maka Tak Sayang”. Lagu ini diciptakan Iwan khusus untuk acara ini, dan lagu ini pun sukses menuai tepuk tangan para hadirin termasuk Presiden SBY dan Ibu Negara.
Dalam acara ini, dipaparkan bahwa pasokan pangan dari negara berkembang ke negara-negara maju terus merosot karena berbagai faktor. Mulai dari faktor iklim, energi, sampai krisis ekonomi atau moneter. Sementara Organisasi Pangan Dunia (FAO) menghitung, dengan populasi yang sebesar itu seharusnya produksi pangan dunia harus naik 70 persen dari produksi saat ini. Akibatnya, krisis pangan mengancam, dan semua negara baik negara maju maupun negara miskin memiliki problem yang sama terkait masalah ini.
Masalah ini sendiri penting bagi Indonesia. Kita perlu bicara Food Security Summit ini, apalagi kita belum swasembada pangan. Perlu dikupas tuntas mengapa kita belum swasembada pangan, apakah karena banyaknya konsumsi atau rendahnya produktivitas pertanian?
Soal konsumsi pangan ada data yang menarik dicermati. Indonesia sendiri mengkonsumsi beras sebanyak 140 kg per kapita. Ini jauh lebih tinggi dibanding Thailand yang 70 kg dan China yang 60 kg. Tingginya konsumsi beras per kapita kita, merupakan salah satu penyebab Indonesia menduduki peringkat ke 4 tertinggi di dunia dalam hal penderita diabetes.
Tingginya konsumsi beras atau karbohidrat, rupanya berbanding terbalik dengan konsumsi protein. Padahal konsumsi protein ini yang sebenarnya lebih penting. Konsumsi protein Indonesia baru 2 kg per kapita. Ini tentu masih jauh tertingga dengan rata-rata konsumsi negara maju yaitu sekitar 50 kg per kapita. Pemerintah sendiri menyadari hal ini dan menargetkan peningkatan konsumsi protein ke depan sebesar 20 kg per kapita.
Indonesia sendiri memiliki potensi besar dalam masalah pangan ini. Sebagai negara yang subur dan memiliki laut yang luas tentu merupakan potensi yang besar. Tinggal bagaimana mengelolanya sehingga nantinya kita bisa mengubah potensi ini untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, dan sekaligus juga bisa menjadi pemasok atau pengekspor pangan untuk kebutuhan pangan dunia.
Dalam acara pembukaan, Presiden SBY mengajarkan cara sederhana yang bisa dilakukan masyarakat untuk memperkuat ketahanan pangan. Misalnya dengan cara bercocok tanah di pekarangan rumah. Tanaman seperti sayuran, cabai, tomat, dan lain-lain, selain membuat rumah rindang, juga bisa memenuhi kebutuhan pangan sekeluarga.
Selain itu, Presiden SBY juga menyoroti masalah kecilnya insentif bagi petani. Jika petani tidak diperhatikan, kata Presiden, maka sektor pertanian akan kurang diminati, akhirnya antara permintaan dan ketersediaan pangan akan tidak seimbang.
Karena itu, kemudian Presiden SBY kembali mengingatkan pentingnya menjaga ketahanan pangan dan meminta kalangan pengusaha, untamanya yang tergabung di Kadin membantu hal ini. Kadin diminta Presiden terus memperhatikan sektor agribisnis yang berhubungan dengan masalah pangan ini.
Terkait hal itu, Kadin sendiri tengah menyiapkan Palapa Fund, yang merupakan dana atau fasilitas pembiayaan untuk membantu UMKM. Salah satu sasaran Palapa Fund adalah UMKM di bidang agribisnis, yang di dalamnya termasuk pertanian, perikanan dan peternakan. Nantinya dana Palapa Fund ini akan disalurkan dengan berkolaborasi dengan beberapa bank nasional. Mudah-mudahan April ini sudah bisa diluncurkan.
Dengan fasilitas pembiayaan Palapa Fund ini, diharapkan pengusaha agribisnis tingkat UMKM nantinya bisa mendapat solusi terkait masalah permodalan atau pendanaan. Kemudian diharapkan bisa mengembangkan usaha agribisnisnya sehingga bisa mencapai skala industri dan mendapatkan kredit perbankan, bahkan hingga memasuki pasar modal.
Harapannya nanti, sektor agribisnis ini akan menjadi usaha yang kuat di Indonesia. Bukan tidak mungkin kita akan setara bahkan mengalahkan Brasil yang sangat kuat di sektor ini. Dengan potensi yang ada di negeri tercinta ini, dengan dukungan pemerintah dan sektor swasta, hal ini bukan mustahil kita capai, dan akhirnya Indonesia bukan hanya menjadi negara swasembada pangan, namun juga menjadi negara pemasok pangan bagi dunia.
Leave a Reply
INSTAGRAM
TWITTER
FACEBOOK