-
posted by Anindya Aug 14th, 2018
Pidato di Malam Anugerah Penghargaan Achmad Bakrie XVI Tahun 2018, Jakarta 14 Agustus 2018
Hadirin yang saya hormati
Saudara-saudara yang saya muliakan
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua
Pertama-tama saya ingin mengajak seluruh hadirin untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Allah SWT. Hanya atas rahmat dan karunianya maka kita berada bersama-sama pada malam yang berbahagia ini untuk mengikuti Malam Penghargaan Achmad Bakrie yang ke-16.
Perkenankanlah saya mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada tokoh-tokoh yang pada malam ini menerima penghargaan, yaitu Salim Said, Ayu Utami, Ferry Iskandar, dan Bukalapak, khususnya kepada ketiga pendirinya, yaitu Achmad Zaky, Fajrin Rasyid, Nugroho Cahyono.
Tokoh-tokoh dan lembaga ini telah memberikan dedikasi serta sumbangan positif dalam bidang ilmu dan pengabdian masing-masing. Mereka membuktikan bahwa Indonesia tetap memiliki putra dan putri terbaik yang bekerja dengan tekun dan kreatif, sehingga sanggup berkarya dengan pencapaian yang membanggakan kita semua.
Mereka telah memperkaya kebudayaan Indonesia modern, memperdalam pandangan kita tentang sejarah kita sendiri; mengingatkan kita semua akan pentingnya sastra dan kepekaan perasaan manusia untuk menikmati keindahan di sekelilingnya; sambil tak lupa pula membuka horizon pengetahuan baru dalam berbagai kajian sains dan teknologi, serta dalam pengabdian pada dunia kewirausahaan Indonesia.
Dengan cara masing-masing, mereka menjadi kaum pelopor, the outliers who normalize the extraordinary. Mereka juga menjadi contoh bagi generasi muda bahwa kegagalan adalah cambuk untuk bekerja lebih keras dalam merebut sukses kehidupan. Selain itu, kepada kita semua, mereka memberi ilham untuk berpikir secara keilmuan, dengan pendekatan yang sistematis namun kreatif.
Karena itulah, kepada tokoh-tokoh dan lembaga yang menerima penghargaan pada malam ini sudah selayaknya seluruh bangsa Indonesia menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang sedalam-dalamnya.
Selain itu, saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada penyelenggara acara ini, yaitu Yayasan Bakrie untuk Negeri, TVONE dan ANTV, segenap Dewan Juri, Universitas Bakrie dan Freedom Institute.
Dalam kesempatan ini, saya juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada ayahanda saya, Aburizal Bakrie. Beliau adalah penggagas sekaligus motor yang gigih bagi penyelenggaraan penghargaan ini.
Sejak awal, dibantu oleh teman-teman dari Freedom Institute, Pak Ical dengan antusias melahirkan konsep penghargaan ini, dan berpesan pada kita semua bahwa Indonesia hanya bisa menjadi bangsa besar jika kita menghargai para pemikir, kaum inovator, serta orang-orang kreatif di berbagai bidang strategis, seperti dunia ilmu pengetahuan, kesusastraan, kedokteran, kewirausahaan, dan sebagainya.
Sejak tahun 2003, tanpa terasa tradisi penghargaan ini sudah berjalan 16 tahun tanpa terputus sekali pun. Setiap tahun kita memberi penghargaan, dan kini daftar penerimanya sudah lumayan panjang, mencakup lebih dari 70 tokoh dan lembaga dalam berbagai bidang ilmu dan pengabdian.
Sekali lagi, terima kasih, Pak Ical. Sebagai wakli dari generasi ketiga keluarga Bakrie, dengan bangga kami menerima mandat untuk meneruskan cita-cita mulia ini, dan bertekad semoga di tahun-tahun mendatang acara penghargaan ini akan lebih bermakna lagi dalam memberi kontribusi positif bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Hadirin yang saya muliakan
Saudara-saudara yang saya hormati
Malam Penghargaan Achmad Bakrie selalu diadakan di seputar perayaan kemerdekaan 17 Agustus. Inilah bentuk keikut-sertaan kita dalam memperkaya substansi perayaan Hari Proklamasi Republik Indonesia.
Kemerdekaan adalah sebuah rahmat, atau seperti kata Bung Karno: Kemerdekaan adalah sebuah jembatan emas untuk menuju pada suatu cita-cita mulia, yaitu sebuah bangsa yang maju dan modern, sebuah bangsa yang kuat jiwa dan raganya, serta sebuah bangsa yang adil dan makmur.
Dengan Penghargaan Achmad Bakrie ini, kita juga ingin menegaskan komitmen pada prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dengan makna yang mendalam, yaitu berbeda-beda namun satu jua.
Semoga dalam perayaan kemerdekaan tahun ini dan di tahun-tahun mendatang, komitmen mulia seperti itu akan terus kita pertahankan.
Tentu saja, kita bisa menambahkan dengan sebuah harapan bahwa selain komitmen pada tradisi kebhinnekaan, kita juga harus terus memperkuat komitmen Indonesia pada kemajuan bersama yang bersifat progresif.
Hal ini barangkali harus lebih ditegaskan lagi saat ini, di mana begitu banyak narasi kebangsaan kita didominasi oleh narasi politik praktis. Kita tentu maklum, tahun ini adalah tahun politik, dan pemilu sudah di depan mata.
Namun kita perlu mengingatkan bahwa politik bukanlah segalanya. Sejarah bergerak karena kemajuan ilmu, teknologi, dinamika pemikiran, serta karena keberanian kaum pengusaha dalam mengambil resiko untuk membuka lapangan kerja. Singkatnya, politik dan demokrasi memang penting, tetapi jangan lupakan aspek kehidupan penting lainnya.
Selain itu, kita juga berharap bahwa manusia Indonesia, terutama di kalangan generasi muda, memiliki perasaan yang tajam dan peka untuk menikmati keindahan yang ada dalam kehidupan ini.
Belajar dan menuntut ilmu sangat penting. Tetapi puisi, lagu, sastra dan cinta: semua ini adalah elemen kehidupan yang memperkaya manusia sebagai manusia.
Sambil membaca buku dan menggali teori-teori yang rumit di universitas, alangkah menyenangkannya bagi anak-anak muda kita untuk sesekali mendengarkan lagu Ebiet G. Ade, misalnya Elegi Esok Pagi, dengan potongan syair sebagai berikut ini:
Barangkali di tengah telaga
Ada tersisa butiran cinta
Dan semoga kerinduan ini
Bukan jadi mimpi di atas mimpi
Tentu saja pilihan untuk mengungkapkan perasaan dan kerinduan yang mendalam bisa mengambil bentuk apa saja. Yang penting, dengan semua itu, rasa dan cinta menjadi bagian dari proses pembentukan manusia yang lebih utuh.
Dan barangkali, dengan itu semua, percakapan sosial yang menajam dalam masyarakat Indonesia belakangan ini dapat sedikit dilembutkan. Demokrasi Indonesia akan menjadi demokrasi yang sejuk, penuh toleransi, dan diperjuangkan dengan kata dan kalimat yang membangkitkan inspirasi, bukan dengan kebencian dan permusuhan antar-golongan.
Jika semua itu terjadi, maka Indonesia akan menjadi sebuah negeri yang lengkap dan menyenangkan; sebuah negeri yang merebut kemajuan lewat kreatifitas generasi muda, lewat karya kaum pemikir, budayawan, dan kaum pengusaha yang terus mencipta serta merebut peluang-peluang baru dalam dunia yang semakin kompetitif dan terbuka.
Singkatnya, jika semua itu terjadi, Indonesia akan tumbuh menjadi sebuah negeri yang namanya harum di empat penjuru angin.
Insya Allah semua itu akan terwujud. Amien.
Hadirin yang saya hormati
Saudara-saudara yang saya cintai
Akhirnya, sekali lagi kepada semua pihak yang telah membantu suksesnya acara Malam Penghargaan ini, dari lubuk hati yang tulus saya mengucapkan terima kasih.
Demikian pula, kepada para penerima Penghargaan Achmad Bakrie tahun 2018, sekali lagi saya mengucapkan selamat dan apresiasi yang sebesar-besarnya. Semoga karya dan dedikasi bapak dan ibu menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda Indonesia dalam menempuh hidup dan kehidupan ini.
Maju terus Indonesia. Maju terus negeri kita tercinta.
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Leave a Reply
INSTAGRAM
TWITTER
FACEBOOK