SEARCH :
  • posted by Jan 18th, 2010

    Setelah beberapa waktu berselang tanpa menulis blog, akhirnya saya punya suatu pengalaman yang bisa diceritakan sebagai pembuka lembaran blog di awal tahun. Akhir pekan lalu saya baru saja melakukan perjalanan ke beberapa kota di Sumatera termasuk ke daerah asal-muasal saya, Lampung.

    Sebelum ke Lampung, saya sempat mampir ke Banda Aceh dan Medan. Saya memang tidak punya banyak waktu untuk berkeliling Aceh dan Medan. Di Aceh saya tidak sempat mampir ke Simpang Lima untuk mencicipi Mie Kepiting. Untungnya, saya dititipi oleh-oleh Ayam Tangkap dari Ketua Umum HIPMI Aceh yang ternyata tidak kalah lezat, hmmm.

    Di Medan saya juga diundang ke rumah Pak Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin, dijamu makanan-makanan yang tak kalah menggiurkan. Wah gawat, pikir saya dalam hati.. Kalau tidak mengerem nafsu makan, mungkin berat badan saya bakal naik drastis.

    Udang sungai  besar dari Pak Gubernur Sumatera Utara

    Udang sungai besar dari Pak Gubernur Sumatera Utara

    Tapi melihat udang sungai yang besar-besar, agaknya saya sulit untuk melewatkannya. Saat di Medan itu, saya berpikir kok kayaknya ini bukan kepergian dinas, tapi wisata kuliner ya..   🙂

    Setelah itu, akhirnya saya sampai juga di Bandar Lampung. Hari itu, Bakrie Telecom memang menggelar sebuah acara berjudul “Orang Lampung Bisa!” Selain ingin lebih memperkenalkan Esia kepada masyarakat Lampung, acara ini juga bertujuan meningkatkan kecintaan mereka kepada tempat asal mereka, sekaligus untuk meningkatkan motivasi kepada warga Lampung dalam menatap masa depan.

    Bukan berarti saya ingin membangkitkan sifat kesukuan dan kedaerahan kepada orang Lampung. Tapi bagaimanapun, di zaman di mana sekat-sekat wilayah semakin kabur karena kemajuan teknologi, terjadinya peleburan kebudayaan, perlu bagi kita untuk kembali memahami identitas dan jati diri kita.

    Sebab, ini bisa menjadi modal sebelum melangkah dan menyongsong segala tantangan di hadapan. Apalagi, orang tua kita selalu berpesan: Jangan sampai seperti kacang yang lupa pada kulitnya. Dan bukankah keragaman identitas kesukuan dan kedaerahan itu pula yang turut memperkaya khasanah kebhinnekaan Indonesia?

    Walaupun saya besar dan lebih banyak menghabiskan waktu di Jakarta, bagi saya Lampung tetap merupakan kampung halaman. Kakek saya, Achmad Bakrie, lahir  di Kalianda Lampung, dan memulai usaha CV Bakrie Brothers dari Teluk Betung.

    Waktu kecil saya ingat saat bersama Kakek dan keluarga besar berkunjung ke Pantai Pasir Putih yang sangat indah. Lampung juga punya banyak tempat-tempat indah lainnya seperti Pantai Mutun, atau Pantai Krui yang ombaknya tak kalah dengan ombak-ombak di pantai pulau Dewata.

    Tak hanya keindahan alamnya dan cerita tentang sekolah gajah saja, Lampung juga banyak menghasilkan tokoh-tokoh yang berprestasi di tingkat nasional maupun di kancah internasional.

    Acara Esia Orang Lampung Bisa!! 8000-an orang hadir Lapangan Saburai Bandar Lampung

    Acara Esia Orang Lampung Bisa!! 8000-an orang hadir Lapangan Saburai Bandar Lampung

    Oleh karenanya, dalam acara kemarin, Bakrie Telecom mengundang tokoh-tokoh tersebut untuk berbagi cerita kepada warga Lampung.
    Acara Bakrie Telecom itu sangat heboh, hingga dihadiri  8000-an pengunjung di lapangan Saburai, sejak sore hingga malam.

    Acara itu kemudian menjadi headline di halaman utama ke-3 surat kabar lokal, keesokan paginya. Lucu juga, karena bisa mengalahkan seluruh berita ekonomi, sosial dan politik nasional di surat kabar itu.

    Acara itu mengundang tokoh-tokoh Lampung dari berbagai bidang. Ada Henry Yosodiningrat, praktisi hukum yang juga aktif dalam gerakan nasional pemberantasan Narkoba, artis-peragawati-bintang film-model-presenter asal Lampung Arzetti Bilbina, juga dua kelompok musik asal Lampung yang sedang naik daun: The Potter’s dan Hijau Daun.

    Selain itu diundang pula atlet-atlet angkat besi yang berprestasi internasional, seperti Sutrisno (pemegang rekor dunia tahun 2005 & kejuaraan Asia 2007), Winarni, dan Sri Indriani (keduanya peraih medali perunggu di Olimpiade Sydney 2000 di kelas 53 kg dan 48 kg).

    Tak hanya itu, hadir pula putra Lampung  yang bersinar di dunia sains, yakni David Halim. Pemuda 20 tahun ini tak lain adalah peraih penghargaan medali perak Asia Pacific Physic Olympiade (Apho) VIII tahun 2007, yang digelar di Shanghai Cina.

    Ayahanda Aburizal Bakrie didaulat untuk sharing pengalaman kepada warga Lampung

    Ayahanda Aburizal Bakrie didaulat untuk sharing pengalaman kepada warga Lampung

    Saya yakin sebenarnya masih banyak lagi putra-putri Lampung lain yang juga punya prestasi. Oleh karenanya tugas merekalah untuk menularkan energi positifnya kepada warga Lampung lainnya.

    Seperti nasihat yang disampaikan oleh ayahanda saya, Bapak Aburizal Bakrie, saat didaulat oleh panitia untuk naik ke depan panggung. Sebenarnya kunci dari keberhasilan adalah kegigihan dan sikap pantang menyerah.

    Kunci sederhana ini juga bersifat universal, tidak hanya berlaku bagi orang Lampung saja. Intinya, kata Pak Ical, sebuah ide yang baik perlu diperjuangan dengan kerja keras, dan jangan lupa digenapi dengan kekuatan doa. Bila gagal, jangan langsung patah semangat. Pasti ada cara untuk bangkit kembali.

    Dengan cara ini, orang-orang besar bisa meraih kesuksesannya. Bila orang lain bisa, pasti kita semua juga bisa. Semoga saja, saya, dan kita semua, juga bisa mulai menapaki tahun 2010 dengan semangat ini.




13 Responses to “Kampung Halaman dan Semangat Baru Menapaki 2010”

  1. Nova Imoet says:

    wah ni blognya salah satu keluarga bakrie ya…
    heheehe…
    lam kenal ya…

  2. Andhika says:

    mantap pak perjalanannya…
    *ngiler liat udangnya, jadi pengen*

  3. asep y. hamdani says:

    Selamat

    Dan Sukses yah Boz

    By Asep (SD Triguna th 86)

  4. Kampung halaman pasti ada kesan mendalam bagi siapa saja yang pergi merantau, apalagi setelah sukses di tanah rantau bisa kembali membawa berkah..

    Pak Anin, pembangunan dan pemberdayaan daerah semestinya bisa lebih merata.. saya yakin dengan kemajuan teknologi komunikasi yang ada saat ini bisa membuat masyarakaat di pelosok-pelosok daerah di indonesia bisa menikmati layanan komunikasi yang juga akan membuka peluang ekonomi yang lebih lancar. Semoga setelah lampung akan ada daerah lain yang menyusul.. terutama di kawasan timur indonesia..

    Regards,
    Anggana

  5. Aku inget ANTV dgn jangkauan siar nasional pernah berhead office di Lampung, saat itu aku salut dgn pemilihan lokasi yg tdk melulu di Jkt shg ‘anak daerah’ bisa mengangkat asalnya. Atas pertimbangan apapun yg menyebabkan berpindahnya turut menenggelamkan Lampung, menurut artikel di atas banyak ‘ tempat yg indah’… Apakah kedepannya akan ada proyek mercusuar yg digarap profesional shg kampung halaman Bapak harum namanya? Semoga… 🙂

  6. Jalan-jalan ke bumi andalas memang bikin ndut pak…bumi andalas adalah bumi wisata kuliner..apalagi kalo dah masuk sumbar…

    Kembali ke tanah asal memang sering memberikan energi baru, semangat baru.
    Namun seringkali muncul isu kesukuan, kedaerahan, etnosentris, bahkan chauvisme. padahal ingat dengan kampung halaman justru membuktikan bahwa kita punya identitas diri yg jelas.

    Krisis bangsa ini salah satu penyebab utama nya adalah krisis percaya diri. Terutama generasi muda yg malu dgn identitas bangsa nya sendiri dan Justru lebih bangga dengan luar negeri nya. sehingga industri dalam negeri pun tak bisa jadi tuan rumah di rumah sendiri.

    Jikasaja rakyat Indonesia ini percaya diri dgn diri nya dan bangsa nya, InsyaAllah apapun cobaan bagi bangsa ini bisa dihadapi…

  7. joni says:

    Pak Anin, selamat tahun baru dan semoga sukses selalu,
    saya tertarik gaya Bapak menyampaikan pengalaman perjalanan ke luar kota. Tidak terlalu panjang dan tidak bertele-tele, tetapi gaya santai dan masuk ke persoalan.

    kalau gaya tulisan terus menerus seperti ini, wah banyak penulis yang kehilangan pekerjaan Pak. Bagus penyajiannya, mengalir bahasanya…. Saya iri ke Pak Anin yang sangat sibuk, masih bisa menulis bagus. Selamat Pak..saya akan ikuti terus tulisan-tulisan Bapak.

  8. wah saya terakhir ke lampung tahun 1993…waktu itu kotabumi masih sepi banget…kira-kira saat ini kondisinya kayak gimana yah?

  9. khairy afwandi says:

    membaca tulisan mas anin…..saya semakin yakin u/ menapaki masa depan yg kadang-kadang penuh misteri ini,makasih mas.

  10. indra jaelani says:

    Salut buat promosinya esia di lampung…lewat pendekatan budaya…fanatisme kedaerahan harus ditingkatkan tanpa melupakan persatuan dan kesatuan RI…Hidup Bhineka tunggal Ika..

  11. Octaviyan MAA says:

    Semoga kedepannya semakin banyak perkembangan yang tentunya bermanfaat besar, baik itu bagi masyarakat lokal, bangsa Indonesia sendiri dan Dunia pada umumnya.

  12. Aspandi Fakhruddin says:

    Ditunggu acara serupa di Aceh Mas..!

  13. Taufik Shaleh says:

    pak, saya opik,,yang mendampingi bapak selama di Run d’Toll di cirebon kemarin,,
    kita sama ya pak kampung halaman nya..ibu saya berasal dari Lampung..
    dari kecil,ayah saya selalu berbicara tentang Bakrie Brothers bila kami lewat ke depan kawasan industri Bakrie dekat pelabuhan panjang.
    selalu kangen untuk kembali lagi ke Lampung

Leave a Reply