SEARCH :
  • posted by Mar 29th, 2010

    di sambut warga RancamalangSaya baru saja berkunjung ke Desa Rancamalang, Tangerang, Banten, Kamis 25 Maret 2010. Lokasi desa ini tak jauh dari perumahan Bumi Serpong Damai (BSD). Meski hanya berjarak sekitar 6 km atau 15 menit perjalanan, namun kondisi desa ini sangat jauh berbeda dengan kawasan BSD. Di sana infrastruktur masih minim, dan sarana telekomunikasi terbatas. Sungguh ironis untuk daerah yang letaknya tak jauh dari kota besar.

    Kondisi tersebut membuat Desa Rancamalang menjadi target program Usaha Bersama Esia atau Uber Esia. Uber Esia adalah program Corporate Social Responsibility (CSR) Bakrie Telecom (Btel). Namun Uber Esia bukan CSR biasa. Uber Esia merupakan program CSR berkelanjutan, dengan aktivitas tidak hanya memberi bantuan, namun juga memancing mereka berusaha. Ibaratnya, kita tidak memberikan mereka ikan, namun memberikan mereka pancing, dan kita ajarkan cara memancing. Harapannya, mereka bisa mencari ikan sendiri tanpa bantuan kita.

    Program ini sejalan dengan agenda pemerintah yang mengembangkan PNPM Mandiri. Masyarakat diberi bantuan untuk modal usaha, lalu mereka mengembalikan dengan mengangsur setelah usaha berhasil. Nantinya bantuan yang dikembalikan diputar untuk membantu masyarakat lainnya. Memang saat ini paradigma bantuan atau amal semata telah bergeser menjadi bantuan untuk pemberdayaan.

    Konsep Uber Esia adalah pemberdayaan usaha mikro dengan menjangkau masyarakat pinggiran yang daya belinya rendah. Masyarakat diajarkan menjalankan bisnis pulsa Esia untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

    Pasti akan muncul pertanyaan apa bedanya dengan bisnis pulsa biasa? Tentu beda, sebab jika bisnis pulsa lain memerlukan modal, sedangkan para peserta Uber Esia tidak memerlukan modal. Seperti kita ketahui, permodalan sering menjadi kendala usaha, terutama usaha kecil.

    Harga sebuah handphone sederhana untuk modal bisnis pulsa bagi kita mungkin murah. Namun bagi masyarakat miskin, uang senilai Rp300-400 ribu adalah nilai yang tak terjangkau. Maka kita beri mereka handphone secara cuma-cuma untuk memulai usaha. Di Rancamalang kita bagikan 500 handphone Esia, secara gratis. Di luar peserta di atas, kita berikan model kredit dengan angsuran Rp7.200 tiap pekan.

    Untuk menentukan siapa yang bisa mengikuti program ini, kami melakukan seleksi. Screening dilakukan oleh field officer dari PT Rekan Usaha Mikro Anda (RUMA) dengan alat pengukur kemiskinan yang dikembangkan Grameen Fondation. Hasil seleksi terpilih masyarakat peserta program yang kita namakan Village Phone Operator (VPO). Mereka akan mendapatkan pembiayaan dan pembinaan untuk menjalankan usaha. VPO juga akan terus mendapatkan pengawasan dan proses “coaching” selama menjalankan usaha.bersama Muhammad Yunus di Bali

    Program ini baru berjalan di wilayah Tangerang dan Serang, Banten. Nantinya akan berkembang ke seluruh Indonesia. Saat ini Uber Esia telah memiliki 1600 VPO yang tersebar di wilayah tersebut. Alhamdulillah, para VPO ini mengaku telah mendapatkan manfaat dari Uber Esia. Dalam pertemuan dengan saya, para VPO mengaku mendapat tambahan penghasilan Rp100 ribu sampai Rp 450 ribu per bulan.

    Misalnya saja Sirma, seorang gadis yang sehari-hari membuka warung kecil. Dia mengaku bisa mendapatkan penghasilan Rp200 ribu dengan program Uber Esia. Sambil menjaga warung, dia menjual pulsa Esia. Hal yang sama dilakukan Pak Rui yang mengaku mendapat tambahan penghasilan Rp450 ribu per bulan.

    Para VPO ini tidak hanya menjual pulsa, namun juga menjadikan handphone Esia mereka semacam telepon umum dengan meminjamkan handphonenya ke mereka yang mau menelepon. Jadi seperti wartel. Dengan demikian, kita juga membantu penetrasi telepon umum ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau. Kelebihannya dari telepon umum, si penelepon bisa membawa handphone ke rumahnya jika ingin berbicara secara pribadi.

    Para VPO ini dalam waktu enam bulan ternyata sudah melayani 100 ribu pelanggan. Ini tentu jumlah yang sangat besar di bisnis telekomunikasi. Poin yang lebih penting dari program ini, jaringan komunikasi akan merata sampai ke daerah pinggiran. Ini penting, karena komunikasi adalah birthright bagi semua orang.

    Dalam Uber Esia kita bersinergi dengan beberapa perusahaan besar yaitu Grameen Foundation, sebuah yayasan yang diprakarsai Mumammad Yunus, pemenang Nobel Perdamaian 2006 dan pendiri Grameen Bank di Bangladesh. Ada Qualcomm, PT RUMA, dan belakangan Huawei bergabung. Perusahaan perangkat telekomunikasi asal Cina itu merasa sudah lama beroperasi dan mendapat keuntungan di Indonesia. Lalu mereka mau membantu warga Indonesia dan mempercayakan lewat kita. Artinya dengan program ini, Bakrie Telecom menjadi penghubung pihak Bangladesh, Amerika, dan Cina.

    Kerjasama Uber Esia ini sudah berjalan sejak Juli 2008 lalu. Kerjasama ini diresmikan di sela acara Asia-Pacific Regional Microcredit Summit 2008, yang berlangsung di Nusa Dua, Bali. Saat itu pendiri Grameen yang juga peraih Nobel Perdamaian 2006, Muhammad Yunus hadir. Konsep village phone program atau telepon pedesaan yang menjadi dasar Uber Esia ini sudah dijalankan Grameen di berbagai negara dan diakui dunia. Uber Esia mengadopsi dan berinovasi dengan dukungan 3G CDMA.

    bersama Muhammad Yunus di Bali

    Bakrie Telecom dan Grameen memiliki tujuan yang sama yaitu memberdayakan masyarakat tidak mampu dan menekan angka kemiskinan. Hal itu juga disampaikan langsung Technical Project Officer Grameen Foundation, Sean Dewitt di hadapan warga Rancamalang. Saat itu pidato Sean harus diterjemahkan mati-matian oleh MC, maklum audiennya agak roaming ama bahasa asing :).

    Saya sangat berharap program ini akan terus berlanjut dan berkembang. Nantinya kita akan membuat program yang seperti ini. Program pemberdayaan seperti ini perlu diberikan kepada masyarakat kita. Mereka tidak butuh sekedar sumbangan. Mereka buruh bantuan yang bisa memberdayakan.

    Mereka butuh pancing, bukan cuma ikan. Ke depan kita akan membuat pancing-pancing baru untuk pemberdayaan dan mengangkat mereka dari kemiskinan. Ini tugas dan kewajiban kita bersama untuk kehidupan berbangsa yang lebih baik.

13 Responses to “‘Pancing’ Btel untuk Warga Miskin di Rancamalang”

  1. mercurius says:

    Setuju bung..dengan diberi kail bukan cuma ikan teri yg didapat, terbuka kesempatan bagi mereka yg berusaha untuk mendapatkan ikan kakap..sukses tuk Uber Esia..

  2. Khaidir Asmuni says:

    Saya pribadi menyampaikan “solidaritas ekonomi” ke Mas Anindya. Jika Esia menjadi karya anak bangsa, layaklah ditulis di setiap produknya untuk memancing solidaritas itu, apalagi di tengah pedagangan bebas Asia. Di sebuah pesawat, sy sempat lihat sebuah produk bertuliskan imbauan memancing solidaritas itu, misalnya keberpihakan terhadap lingkungan, dll. Tp, untuk Esia sy rasa cukup relevan sebuah solidaritas ekonomi untuk bangsa. Trims mas. Sukses selalu!

  3. udet says:

    Congratz Pak Anin, memang indah banget untuk berbagi sekalian bersilaturhami dengan saudara2 dijamin membuat hati jadi bahagia dengan berbagi + bikin awet muda pak..Selamat dan salam berbagi dan bahagia dihati kita semua.

  4. Dyah Fidha says:

    Jempol buat pak anin, semakin jelas terlihat realisasi program yang bersinergi dengan Bakrie untuk Negeri

  5. Ishlahuddin says:

    sebuah konsep yang kreatif dan progresif, apalagi objeknya kalangan orang desa, yg notabene belum mengenal secara dalam apa manfaat dari perkembangan tekhnologi yg kian canggih. Selamat sukses! Uber Esia…..
    usulan buat Mas Anindya Bakrie, Kalau bisa diadakan juga di pulau Madura donk, program seperti ini…..

  6. nashir says:

    Ide dan aksi sederhana yang muncul mampu membuat segalanya berasa lebih baik..from zero to hero, vpo dari hanya pribadi biasa kian tumbuh menjadi pribadi luar biasa. Briliant untuk kinerjanya Pak Anin dan timnya..sukses selalu Pak Anin.

  7. jmzacharias says:

    Sungguh suatu CSR yang nyata, tepat sasaran & memberdayakan masyarakat setempat dlm kapasitas bukan sbg obyek namun masyarakat setempat sebagai pelaku usaha (subyek).
    Jadi ingat tulisan saya 5 tahun yg lalu di Majalah Selular ( link: http://www.jmzacharias.com/connect.jpg ) lalu berkaitandgn kondisi saat itu (sesaat setelah 3GSM World Congress di Cannes 2005) yg hasilnya pencanangan program “Connect The Unconnected ” untuk negara berkembang (emerging country) yang penetrasi penyebaran alat komunikasinya masih rendah (termasuk cakupan layanan mobile-nya) yaitu dengan program handset ultra low cost.

    nb: saya juga sudah lihat berita ini di harian Indo Pos beberapa hari yang lalu. Selamat ya untuk program2x CSR yang inovatif dan tepat sasaran serta tepat guna 🙂

  8. Dhaniek says:

    Ass…..
    Saya melihat suguhan ini melalui media Face Book yang kemudian berlanjut ke blog ini.
    Sebuah suguhan yang menarik dan membangun, dimana bantuan kail lebih bermanfaat secara berkesinambungan daripada bantuan ikan…Namun ada baiknya jika pada daerah demikian di berikan motivasi oleh motivator juga, sehingga tekad mereka makin berkobar, jika di berikan kail namun semangat tetap loyo, hasil yang di dapat tidak akan maksimal. dengan semangat yang tinggi tentunya akan mempercepat proses kemandirian mereka, bahkan nantinya bisa sukses dan berkembang….. Selamat Berkarya…

  9. AFP says:

    No more sleep for a break, GO UP Esia already awake !!
    Keep on rockin’ the market, untung bersama esia…
    Wassalam&Piss
    Slankers Kantoran

  10. Jacky Aldo says:

    Wilayah wilayah lain siap menantikan Program yg sama.Semoga ESIA tetap jaya.

  11. riawan says:

    Saya kagum dng program esia, yg peduli dng masyarakat kcl. Mudah2an program ini trs berkesinambungan. “Jayalah trs Esia”

  12. Anindya says:

    terimakasih atas comment kawan-kawan..
    jika ada kritik atau saran soal program CSR Esia bisa juga di sampaikan, agar kita bisa lebih baik lagi ke depan
    thx

  13. indra says:

    ada ga mas, usaha buat yang lg latihan ngeblog spt saya terima kasih

Leave a Reply