-
posted by Anindya Mar 28th, 2011
Hari Minggu , 27 Maret 2011 saya mendapat tugas menyenangkan. Tugas saya sederhana, yakni memprovokasi dan ‘meracuni’ mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pengusaha, khususnya pengusaha di sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Walaupun harus sedikit membuat argumentasi yang meyakinkan untuk istri dan anak-anak, karena menyita waktu libur keluarga, tapi tantangan ini agak sulit untuk diabaikan.
Yang mengundang saya adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IPB dalam kegiatan Leadership and Entrepreneurship Scool (LES). Ini sebuah kegiatan intra kurikuler yang bertujuan mencetak para mahasiswa lulusan IPB untuk menjadi para pengusaha.” Kami ingin menunjukkan kepada pak Anin, bahwa kegiatan mahasiswa bukan hanya demonstrasi dan mengurusi politik saja,” kata Wakil Presiden Mahasiswa IPB Ary Santoso.
Nah cocok sudah. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, dimana saya duduk sebagai wakil ketua umum bidang organisasi, memang bertekad untuk mencetak para pengusaha baru. Targetnya, sekitar empat (4) juta orang, dalam waktu lima tahun ke depan. Ini merupakan program Kadin membantu pemerintah untuk ikut memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Angka 4 juta merupakan standar rasio minimum 2 % dari total jumlah penduduk, agar sebuah negara dapat dikatakan sebagai negara maju.Sasaran Kadin adalah penguatan pengusaha di daerah, agar terjadi pemerataan.
Kampus adalah salah satu sumber potensial. Mereka merupakan masyarakat terdidik, yang saya yakini bila mau serius menekuni dunia usaha, akan mampu membuat lompatan yang cepat. Hanya sayangnya seperti kita lihat bersama, minat mahasiswa bahkan masyarakat kita untuk terjun menjadi pengusaha masih minim. Kalah dengan tarikan kuat menjadi pegawai negeri sipil, atau sektor-sektor formal lain yang dinilai relatif lebih “aman”.
IPB sendiri sering dikritik lulusannya jarang yang mau terjun ke bisnis pertanian, peternakan maupun perikanan. Banyak lulusan IPB yang kini dikenal sebagai bankir sukses dan juga wartawan yang sukses. Karena itu IPB sering diplesetkan menjadi Institut Perbankan Bogor, atau Institut Publistik Bogor. Atau yang agak lebih sinis menyebut bahwa lulusan IPB mampu bekerja di bidang apa saja, kecuali pertanian.
Saya sungguh terkejut ketika mengetahui bahwa yang mengikuti program LES yang dilaksanakan setiap tahun, jumlahnya cukup banyak. Di sebuah aula di kampus IPB Darmaga, Bogor, berkumpul sekitar 700 orang mahasiswa dan sebagian besar baru duduk di tahun pertama. Saat yang sangat cocok untuk diprovokasi dan diracuni.
Mereka setidaknya punya waktu dua sampai dua setengah tahun lagi di kampus, sambil menyiapkan diri belajar berbisnis. Ketika mereka menggondol gelar sarjana kelak, diharapkan tidak lagi masuk ke pasar sebagai pencari kerja, tapi malah menyediakan lapangan kerja. “Silakan Pak Anin kalau mau dikompori atau diprovokasi. Waktu sepenuhnya untuk anda,” kata Direktur Kemahasiswaan IPB DR Rimbawan tak kalah bersemangat.
Bisnis saya sendiri selama ini jauh dari pertanian. Saya banyak berbisnis di bidang telematika dan media (TMT). Tapi dalam perjalanan saya ke berbagai daerah, membuka mata saya bahwa potensi kita terutama di sektor pertanian dan perikanan, luar biasa melimpah.Indonesia adalah negara penghasil coklat ketiga terbesar di dunia, setelah Pantai Gading dan Ghana. Lahan perkebunan karet Indonesia terbesar di dunia mengalahkan Thailand dan Malaysia. Indonesia juga merupakan produsen terbesar kopi dunia di bawah Brazil dan Vietnam.
Potensi kelautan Indonesia juga sangat melimpah. Panjang pantai dan lautnya salah satu yang terluas di dunia. Namun kita juga melihat berbagai ironi dan kontradiksi. Kita masih mengimpor ikan teri dari Myanmar. Ikan kembung dari Pakistan dan bahkan ikan lele!, ya benar ikan lele, dari Malaysia. Garam kita juga masih mengimpor. Tahun ini angkanya 1.6 juta ton dan tahun 2015 diprediksi meningkat menjadi 4 juta ton.
Sebagai salah satu produsen beras terbesar di dunia, Indonesia menjadi negara pengimpor beras kedua terbesar setelah Nigeria. Prediksi dari badan pertanian AS (USDA) pada tahun 2011 angkanya mencapai 1.75 juta ton. Daftarnya semakin panjang kalau kita lihat bahwa pasaran jeruk Indonesia 75% didominasi jeruk dari Cina, Thailand dan Australia. Padahal alam menganugerahi kita sebagai salah satu negara yang memiliki varietas jeruk paling banyak di dunia. Durian, kita memiliki lebih dari 100 varietas, tapi pasar kita dijajah durian montong dari Thailand.
Semua ironi dan kontradiksi tadi, bagi para pengusaha merupakan peluang.
Bayangkan dengan potensi yang kita miliki. Daratan maupun lautan yang luas dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Lahannya subur dengan iklim yang relatif bersahabat sepanjang tahun. Dan jangan lupa kita memiliki sumber daya manusia yang besar, yang apabila kita didik dan kelola dengan baik, maka akan menjadi potensi bukan liability.Karena itu saya katakan kepada para calon “pengusaha” baru itu, pilihan sekolah di IPB sudah sangat tepat. Tidak usah tengok kiri, tengok kanan. Cukup memandang lurus ke depan, bidang garap sebagai pengusaha terutama di bidang pertanian dan perikanan, luar biasa luas membentang.
Bulan Januari lalu saya menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Para pemimpin pemerintahan dan dunia bisnis sepakat bahwa perang di masa depan akan mencakup tiga hal : energi, bahan makanan dan air. Yang kini sudah nyata adalah masalah energi.
Pangan dunia juga terus menurun. Berdasarkan data FAO badan pangan PBB, produksi pangan dunia 1970-1990 masih tumbuh 2.3 %. Namun dalam dua dekade terakhir 1990-2010 hanya tumbuh 1.8%. Padahal jumlah penduduk dunia saat ini sudah 7 miliar dan diperkirakan tahun 2025 mendatang bisa mencapai 8,5 miliar jiwa. Semua butuh makan. Saat ini makan bahkan sudah menjadi life style.
Produksi pangan dari negara-negara maju juga terus turun, baik karena kian langkanya lahan, juga karena banyak negara maju yang mulai melirik bioenergi sebagai alternatif. Itu semua mendorong adanya krisis pangan. Indonesia punya potensi besar untuk mengisi ceruk pasar yang lowong.
Nah untuk mengubah semua tantangan tadi menjadi peluang, saya kemudian membagi tips berupa jurus-jurus yang banyak dilakukan pengusaha. Yang paling utama adalah kekuatan ide (the power of idea) dan keberanian mengambil tantangan (take a risk). Selain itu harus pula diperhatikan hal hal penting lainnya, seperti the power of focus, pemahaman atas value chains dan team work yang kuat.
Lima jurus menjadi pengusaha tadi tidak akan panjang lebar saya ceritakan disini, karena akan terlalu panjang. Saya berharap, mudah-mudahan saja tugas saya memprovokasi dan “meracuni” mahasiswa IPB ada hasilnya.
Leave a Reply
INSTAGRAM
TWITTER
FACEBOOK