-
posted by Anindya Mar 23rd, 2011
Sebaik-baik manusia, kata ajaran agama, adalah yang panjang umurnya dan banyak amal baiknya. Ajaran itu seperti terngiang kembali ketika saya bertemu dengan pengusaha nasional Tong Djoe di Batam hari Selasa, 22 Maret 2011, kemarin.
Saya berada di Batam menghadiri pelantikan pengurus Kadinda Kepulauan Riau, sekaligus diminta menjadi moderator dalam diskusi tentang “Refreshment Free Trade Zone Batam, Bintan dan Karimun”. Pembicara diskusi tersebut antara lain Menperin MS Hidayat, Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto dan Gubernur Kepri Muhammad Sani.
Seusai acara, seorang teman memperkenalkan saya dengan Bapak Tong Djoe. Nama beliau sudah lama saya kenal. Beberapa cerita tentang semangat nasionalismenya juga saya baca di berbagai media. Tapi saya tidak menyangka ketika bertemu langsung, ternyata figurnya sangat bersahaja.
Dalam usia yang sudah lanjut, menginjak usia 85 tahun, beliau masih sangat segar, dengan posisi berdiri yang masih tegak. Rupanya sepanjang acara berlangsung beliau duduk di deretan tamu undangan, mengamati jalannya acara dengan tekun.
“Saya senang bertemu dengan anak muda seperti anda. Indonesia saat ini sudah baik. Tinggal bagaimana susun baik-baik,” katanya dengan rendah hati. Kata harus “disusun baik-baik” itu beliau ulang berkali-kali, bahkan ketika saya harus pamit mengakhiri pembicaraan.
Pak Tong Djoe bercerita bahwa beliau berteman dengan kakek saya almarhum Haji Achmad Bakrie. Beliau masih menyimpan foto kenangan bersama Achmad Bakrie, Hasjim Ning dan satu orang pengusaha yang beliau lupa. Pak Tong Djoe berjanji akan mengirimi saya foto tersebut.
Tong Djoe adalah salah satu profil pengusaha pejuang yang mendedikasikan usahanya untuk kemajuan Indonesia. Melalui perusahaan pelayaran berbendara PT Tunas Pte Limited, Tong Djoe banyak membantu perjuangan bangsa. Di gedung Tunas, yang pada tahun 70-an merupakan gedung tertinggi di Singapura, banyak dimanfaatkan oleh perusahaan negara untuk bertemu dengan para pengusaha asing yang ingin menanamkan investasinya di Indonesia.
Beliau juga sangat berjasa membantu menormalisasi hubungan Indonesia dengan Singapura dan Cina. Bahkan gedung Tunas kebanggannya dijual untuk membiayai proses normalisasi hubungan Indonesia-Cina. Karena jasa-jasanya, pemerintah melalui Presiden Habibie pada tahun 1998 memberi penghargaan berupa Bintang Jasa Pratama.
Pak Tong Djoe mengajarkan kepada saya dan kita semua, bahwa dalam bidang pengabdian apapun, yang utama adalah menjadi pribadi yang kontributif. Pada akhirnya yang akan dikenang seseorang dari diri kita adalah: amal nyatanya, amal baiknya.
Leave a Reply
INSTAGRAM
TWITTER
FACEBOOK