SEARCH :
  • posted by Mar 10th, 2011

    pic_f2d8533cfa236dc47c9ec55f3ead4b0fBertemu dan berdiskusi dengan para pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), merupakan saat-saat yang selalu membahagiakan dan mengesankan buat saya. Banyak gagasan baru dan inspirasi yang saya peroleh dari mereka. Terkadang fakta yang saya dapatkan sungguh mengejutkan. Sejumlah pengusaha yang tadinya disebut sebagai UMKM berhasil membuat lompatan besar. Kalau melihat skalanya, mereka tidak lagi bisa disebut sebagai pengusaha kecil, apalagi mikro. Beberapa diantaranya bahkan sudah berhasil meraih sukses di usia muda.

    Selasa, 8 Maret 2011, sebagai Presiden Komisaris PT Bakrie Connectivity saya menghadiri peluncuran produk AHA Office in a Box. Ini merupakan sebuah produk baru dari Bconnect bekerjasama dengan mesin pencari terbesar di dunia Google, yang diperuntukkan bagi kalangan pengusaha UMKM. Dengan menggunakan produk ini diharapkan para pengusaha UMKM mulai dapat memanfaatkan teknologi informasi (TI) dan pada gilirannya dapat membantu mereka memperluas pasar mereka ke berbagai belahan dunia, dengan biaya promosi yang relatif sangat murah.

    Dengan menggunakan AHA (Affordable hyper-speed Access) Office in a Box para pengusaha UMKM dapat membuat web dengan domain sendiri tanpa perlu memusingkan hostingnya. Semuanya diurus oleh Bconnect. Mereka juga dapat memiliki mail box tersendiri yang tidak generik, storage untuk penyimpanan data. Dan yang lebih penting keamanannya dijamin, karena menggunakan sistem Google Postini yang tak perlu diragukan kehandalannya.

    pic_269993c4c74e75c3f0a0f7abbfe08163Karena acaranya untuk UMKM, maka peluncurannya dilaksanakan di Gedung Smesco UKM jalan Gatot Subroto, Jakarta. Peluncuran dihadiri oleh Menkominfo Tifatul Sembiring, Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Chairul Jamhari, Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto dan Managing Director Google Asia Pasific Doug Farber.

    Pilihan Bconnect menggarap pasar UMKM ini bisa dilihat dari sisi. Baik sisi idealisme, maupun melihat ceruk pasar yang tersedia. Seperti dikatakan Deputi Menkop Chairul Jamhari, saat ini berdasarkan data dari BPS ada sebanyak 52.7 juta UMKM. Sekitar 70.2 persen diantaranya adalah pengusaha mikro. Atau secara bercanda, kata pak Chairul, ada yang mengusulkan namanya adalah pengusaha gurem, karena kecilnya skala usaha mereka. Tapi jangan pandang remeh mereka, karena kontribusinya terhadap PDB 53 persen lebih.

    Nah mayoritas mereka belum IT base. Sebab hanya sekitar tiga persen yang menggunakan IT. Dua persen diantaranya melakukan transaksi melalui IT. Sementara yang dapat memetik manfaat melalui transaksi via IT hanya satu persen. Ini yang menjelaskan mengapa para pengusaha UMKM kita tidak berhasil membuat lompatan. Mereka mengalami apa yang disebut sebagai kesenjangan informasi (asymmetric information).

    pic_36e91cdb75c49c7b5723fc13bd5cd2e0Dalam bahasa Menkominfo Tifatul Sembiring khusus untuk masalah IT ini terjadi digital devide. Ada kesenjangan antara pusat dan daerah. Karena itu pemerintah bertekad untuk mengatasi masalah ini. Caranya antara lain melakukan moratorium untuk operator jasa internet di Jakarta dan mendorong ke daerah, terutama kawasan timur Indonesia.

    Saya sendiri dalam berbagai kesempatan selalu menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini tengah berkembang dengan cepat. Setiap tahun pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar USD 100 miliar. Sebagian besar diraup oleh kelompok-kelompok usaha besar yang jumlahnya hanya sedikit. Mengapa begitu?

    Bukan karena mereka besar, sehingga mudah mengalahkan yang kecil. Tapi saya meyakini bahwa yang cepat akan mengalahkan yang lambat. Banyak contoh bisa saya sebut. Salah satunya adalah Google yang semula dibangun dua orang mahasiswa Stanford University Larry Page dan Sergey Brin.

    Dalam forum itu saya juga bertemu dengan Pak Made Ngurah Bagiana pemilik Edam Burger yang punya positioning statement “Burgernya Orang Indonesia” dan mas Afit Dwi Purwanto yang bersama istri dan teman-temannya membuka usaha steak kaki lima dengan cita rasa hotel, Holycow.pic_bd27d998aeaa6ce0b654296241910d56

    Membuka usaha sejak tahun 1995, Pak Made adalah mantan sopir omprengan, kini sudah sukses dan mempunyai 4.000 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia dengan sistem franchise. Karena sudah memanfaatkan IT, untuk melakukan kontak dengan Edam burger juga sangat mudah. Kita tinggal klik Google, dan informasi tentang Edam bertebaran. Sementara mas Afit memanfaatkan twitter untuk memasarkan produknya. Hingga kini followernya sudah 16.000 orang.

    Pak Made dan Mas Afit hanya dua contoh saja. Masih banyak pengusaha UMKM yang tumbuh besar karena memanfaatkan IT. Tapi di luar mereka, seperti disebut sebelumnya, masih banyak yang belum memanfaatkan IT, atau malah tidak tahu cara memanfaatkannya (gaptek).

    pic_f52c6a6937467304b4e2c2cf9b90a5f5Kehadiran AHA office in a box, yang oleh pak Chairul disebut sebagai “kotak ajaib” — istilah ini dianggap lebih akrab bagi pengusaha UMKM –diharapkan dapat mendekatkan para pengusaha UMKM dengan IT.

    Saya sangat meyakini jika banyak pengusaha UMKM kita yang mulai memanfaatkan IT, dalam beberapa tahun ke depan kita akan banyak melihat Pak Made maupun Mas Afit lainnya.

Leave a Reply